Rabu, 03 Oktober 2012

pencegahan penyakit


PENCEGAHAN PENYAKIT
Epidemiologi merupakan ilmu dasar pencegahan dengan sasaran utama mencegah dan menanggulangi penyakit dalam masyarakat.
Pencegahan adalah mengambil tindakan lebih dulu sebelum kejadian
®     Didasarkan pada keterangan yang ada bersumber dari hasil analisa penelitian epidemiologi 

Tingkat Pencegahan Penyakit :
1.        Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
·         Sasaran pada orang sehat
·         Dengan peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu.
2.        Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)
·         Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit
·         Melalui diagnosa dini dan pengobatan yang tepat
3.        Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
·         Sasaran terhadap penderita penyakit tertentu jangan sampai bertambah berat/cacat
·         Meliputi rehabilitasi

Pencegahan tingkat 1, 2 dan 3 saling berhubungan erat ® dalam pelaksanaannya sering tumpang tindih.

a.        Pencegahan tingkat pertama
Didasarkan pada hubungan interaksi H – A – E serta proses kejadian penyakit.
1).      Peningkatan derajat kesehatan (Health Promotion)
Disebut juga pencegahan umum yaitu :
-       Meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal
-       Menurunkan peranan penyebab dan derajat resiko
-       Meningkatkan secara optimal lingkungan yang sehat
2).      Pecegahan khusus (spesific protection)
-       Terutama ditujukan pada pejamu dan atau penyebab
-       Untuk meningkatkan daya tahan maupun menurunkan risiko terhadap penyakit tertentu

Sasaran pencapaian tingkat I :
a).      Mengurangi penyebab / peranan penyebab
-       Untuk penyakit menular :
§    Desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi
§    Penyemprotan / insektisida
§    Karantina
-       Mengurangi / menghilangkan sumber allergen / sumber keracunan
-       Meningkatkan / mengurangi sumber penyakit nutrisi
-       Meningkatkan / mengurangi sumber penyebab fisik, kimiawi / radiasi
-       Menghindari penyebab genetika
-       Menghindari / menurunkan setiap perilaku yang memperbesar risiko.
b).      Mengatasi / modifikasi lingkungan :
-       Perbaikan lingkungan fisik : air minum, higiene sanitasi
-       Perbaikan lingkungan biologis : pemberantasan serangga
-       Perbaikan lingkungan sosial : kepadatan rumah, hubungan antar anggota rumah tangga, anggota masyarakat dan lain-lain
c).       Meningkatkan daya tahan host :
-       Perbaikan status gizi
-       Immunisasi
-       Peningkatan status psikologis
-       Peningkatan ketahanan fisik (olah raga, kesehatan gigi, dll.)

b.        Pencegahan tingkat kedua :
Untuk mereka yang menderita / terancam akan menderita.
1).      Pemberian chemoprophylaxis terutama pada mereka yang dalam proses prepatogenesis / patogenesis
2).      Pencarian pendidikan secara dini dan aktif
-       Pemeriksaan berkala dan pemeriksaan calon kelompok tertentu (calon pegawai, calon mahasiswa, ABRI, dll.)
-       Screening (pencarian penderita secara umum untuk penyakit tertentu)
-       Pengobatan / perawatan penderita penyakit tertentu)

Tujuan pencegahan tingkat kedua :
-       Mencegah meluasnya penyakit atau terjadinya wabah pada penyakit menular
-       Menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah kompilasi.

c.        Pencegahan tingkat ketiga :
Tujuan     :     -     Mencegah cacat
-       Mencegah kematian penyakit tertentu
-       Rehabilitasi : ®     pengembalian fungsi fisik, psikologi dan sosial seoptimal mungkin

Strategi Pencegahan :
a.    Sasaran individu dan organisasi masyarakat
-       Melalui usaha setempat yang tradisional
-       Melalui pelayanan kesehatan yang tersedia

b.    Pencegahan yang terencana dan terprogram (wajib maupun sukarela)
-       Imunisasi dasar
-       Perbaikan sanitasi dan air minum
-       Peningkatan status gizi dengan pemberian makanan tambahan.
-       Menghentikan kebiasaan yang mengandung risiko / mempertinggi risiko
c.    Usaha yang bersifat tidak langsung
-       Perbaikan perumahan dan standar hidup
-       Perbaikan sistim pendidikan, dll.
d.    Usaha pencegahan yang bersifat darurat :
-       Adanya wabah, bencana alam / perang, dll.
-       Rawat darurat

Pengaruh faktor lain :
Dalam menilai derajat kesehatan/situasi morbiditas dan mortalitas untuk program pencegahan harus mempertimbangkan :
-       Faktor persediaan makanan, keamanan, sosial ekonomi, pendapatan per kapita, lapangan pekerjaan
-       Sistem kehidupan sosial, adat, policy pemerintah, dll.


Screening / skrining
-       Salah satu pencegahan tingkat ke II
-       Sasaran :    mereka yang menderita suatu penyakit tertentu tapi tidak memberikan Gejala yang nyata/jelas.
-       Pengertian :       
Skrining adalah suatu usaha mendeteksi/ mencari penderita penyakit tertentu yang tanpa Gejala/tidak tampak dalam suatu test/pemeriksaan, yang secara singkat dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui gejala dan pengobatan.
®     -     Skrining bukan gejala
-       Hasil didapatkan dari pemeriksaan test tertentu
-       Kepastian gejala klinik dilakukan kemudian

-       Tujuan :
1).      Menemukan penderita sedini mungkin ® segera di terapi
2).      Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat
3).      Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin
4).      Mendidik dan memberikan gambaran pada petugas kesehatan tentang sifat penyakit dan selalu waspada atau pengamatan terhadap setiap Gejala dini
5).      Mendapatkan keterangan epidemiologi yang berguna bagi klinis dan peneliti


-       Bentuk pelaksanaan skrining :
1).      Secara masal pada penduduk tertentu
2).      Secara selektif/random terutama pada mereka dengan risiko yang lebih besar
3).      Untuk satu penyakit atau serentak beberapa penyakit.
-       Keuntungan Skrining :
1).      Efisiensi biaya
2).      Lebih cepat mendapatkan keterangan tentang penyakit dalam masyarakat
3).      Pelaksanaannya fleksibel
4).      Cukup sederhana dan mudah
5).      Hasilnya dapat dipercaya selama tetap memperhatikan nilai
-       Reabilitas
-       Validitas
-       Kekuatan test berdasar sensitivitas dan spesifisitas

-       Kreteria dalam menyusun program skrining
1).      Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti
2).      Tersedianya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi mereka yang dinyatakan menderita.
3).      Tersedianya fasilitas dan biaya untuk gejala pasti dan pengobatan.
4).      Penyakit yang dituju harus memiliki masa latent yang cukup lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau test khusus.
5).      Pemeriksaan skrining memenuhi syarat untuk tingkat sensitivitas dan spesifitas.
6).      Tehnik dan cara pemeriksaan Harus dapat diterima masyarakat secara umum.
7).      Sifat perjalanan penyakit diketahui dengan pasti.
8).      Ada standar yang disepakati tentang mereka yang menderita.
9).      Biaya yang digunakan harus seimbang dengan risiko biaya bila tanpa skrining.
10).   Harus dimungkinkan untuk diadakan follow-up dan kemungkinan pencarian penderita secara berkesinambungan.

·         Validitas :
-           Adalah kemampuan test skrining untuk memisahkan mereka yang betul-betul menderita terhadap mereka yang betul-betul sehat.
Atau dengan kata lain :
Besarnya kemungkinan untuk menempatkan setiap individu pada keadaan yang sebenarnya
-           Validitas ditentukan dengan melakukan pemeriksaan di luar pemeriksaan/test skrining untuk gejala pasti, dengan ketentuan bahwa biaya dan waktu yang digunakan pada setiap pemeriksaan gejala > daripada yang dibutuhkan pada skrining.

-           2 komponen yang menentukan validitas :
1).      Sensitivitas :
Kemampuan test untuk secara benar menempatkan mereka yang betul-betul menderita pada kelompok penderita.
2).      Spesifisitas
Kemampuan test untuk secara benar menempatkan mereka yang betul-betul tidak menderita pada kelompok sehat.

Besarnya 2 nilai ini ditentukan dengan alat dianostik di luar test skrining
-           Sensitivitas dan spesifisitas saling mempengaruhi ® sensitivitas meningkat maka spesifisitas menurun
-           Untuk menentukan batas standar yang digunakan pada test skrining, harus ditentukan tujuan dari skrining apakah mengutamakan semua penderita terjaring termasuk yang tidak menderita ataukah mengarah ke memilih mereka yang betul-betul sehat.
-           Untuk kepentingan validitas diperlukan perhitungan :
1).      Positif sebenarnya :
Mereka yang yang oleh test skrining dinyatakan menderita, begitu pula dengan test diagnosa
2).      Positif palsu :
Oleh test skrining dinyatakan menderita, diagnosa klinik dinyatakan sehat.
3).      Negatif sebenarnya :
Oleh test skrining dan diagnosa klinik dinyatakan sehat
4).      Negatif palsu :
Oleh test skrining dinyatakan sehat, pada diagnosa klinik dinyatakan menderita
-           Nilai prediktip (predictive values)
·               Adalah besarnya kemungkinan dengan menggunakan nilai sensitivitas dan spesifisitas serta prevalensi dengan proporsi penduduk yang menderita.
·               Nilai prediktif (+)
Mereka dengan tes (+) juga menderita penyakit
·               Nilai prediktif (-)
Mereka dengan tes (-) ternyata juga tidak menderita penyakit
·               Nilai prediktif (+) sangat dipengaruhi oleh
Ø  Prevalensi
Ø  Spesifisitas tes
® prevalensi penyakit dalam masyarakat meningkat ® nilai prediktif (+) meningkat dan sebaliknya
·               Dalam menetapkan tingkat sensitivitas maupun spesifisitas harus mempertimbangkan :
1).       Risiko adanya kasus tidak terjaring / lolos dari seleksi
2).       Besarnya biaya diagnosa terutama bagi mereka yang (+) palsu
3).       Frekuensi skrining, kemungkinan skrining berikutnya akan mengambil kasus yang tidak terjaring pada saat ini.
4).       Besarnya prevalensi penyakit yang akan di skrining dalam masyarakat.
-           Reliabilitas :
·               Adalah kemampuan suatu tes memberikan hasil yang sama/ konsisten bila tes diterapkan > 1 kali pada sasaran / obyek sama dan pada kondisi yang sama pula.
·               Terdapat 2 faktor yang perlu diperhatikan :
1).       Variasi dari cara skrining
Ø   Stabilitas alat tes / reagensia yang digunakan
Ø   Fluktuasi keadaan dari nilai yang akan diukur (misalnya tekanan darah)
2).       Kesalahan pengamatan / perbedaan pengamat
Ø   Nilai yang berbeda karena pengamat berbeda
Ø   Nilai yang berbeda oleh pengamat yang sama
                     Upaya untuk meningkatkan nilai reliabilitas :
1.        Pembakuan / standarisasi cara skrining
2.    Peningkatan dan pemantapan ketrampilan pengamat melalui training
3.                            Pengamatan yang cermat pada setiap nilai hasil pengamatan
4.                            Menggunakan ³ 2 pengamat untuk setiap pengamat
5.    Memperbesar klasifikasi ketagori yang ada terutama bila kondisi penyakit juga bervariasi / bertingkat

-           Bentuk skrining :
6.        Seri :
·         Pada 2 skrining, yang (+) pada kedua tes ® dinyatakan (+, selanjutnya dilakukan diagnosa
·         (+) palsu menurun sedangkan (-) palsu meningkat
7.        Paralel :
·         (+) pada salah satu tes dinyatakan (+) selanjutnya dilakukan diagnosa
·         (+) palsu akan lebih besar
-           Yield (derajat skrining) :
·               Besarnya kemungkinan menjaring mereka yang menderita tanpa gejala melalui skrining, sehingga dapat dilakukan diagnosa pasti dan Terapi.
·               Derajat skrining ditentukan oleh :
1.    Derajat sensitivitas tes
2.    Prevaluasi penyakit dalam masyarakat
3.    Frekuensi skrining dalam masyarakat
4.    Konsep sehat / kehidupan kesehatan masyarakat sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar